"Ini adalah takdir dari langit.." seorang lelaki menatap ke sebuah celah yang mengarah langsung ke Bulan. "Takdir dari langit untuk klan Hyuuga.." lanjutnya.
Malam itu, di tempat yang tampaknya cukup jauh dari desa, beberapa klan Hyuuga termasuk pimpinan mereka, Hyuuga Hiashi berkumpul, menemui seorang lelaki misterius yang tampaknya memiliki niat jahat.
"Aku akan bertanya padamu satu kali lagi, jadi jawablah pertanyaanku, Hyuuga Hiashi.."
Malam itu, di tempat yang tampaknya cukup jauh dari desa, beberapa klan Hyuuga termasuk pimpinan mereka, Hyuuga Hiashi berkumpul, menemui seorang lelaki misterius yang tampaknya memiliki niat jahat.
"Aku akan bertanya padamu satu kali lagi, jadi jawablah pertanyaanku, Hyuuga Hiashi.."

"Jawaban.. yang akan menentukan masa depan dari klanmu."
"Inilah.. jawaban klan Hyuuga!!" Hiashi justru melompat dan menyerang lelaki itu.
"Bodoh sekali.." ucap lelaki itu, yang menghilang bagaikan hantu tepat ketika serangan Hiashi mendarat di tubuhnya.
Setelahnya, puluhan pasukan shinobi misterius muncul. Ninja-ninja dengan tubuh yang dibalut menggunakan perban. Entah dari mana mereka muncul dan menyerang orang-orang Hyuuga.
"Inilah.. jawaban klan Hyuuga!!" Hiashi justru melompat dan menyerang lelaki itu.
"Bodoh sekali.." ucap lelaki itu, yang menghilang bagaikan hantu tepat ketika serangan Hiashi mendarat di tubuhnya.
Setelahnya, puluhan pasukan shinobi misterius muncul. Ninja-ninja dengan tubuh yang dibalut menggunakan perban. Entah dari mana mereka muncul dan menyerang orang-orang Hyuuga.

Klan Hyuuga tak hanya diam, mereka bertarung sekuat tenaga untuk menghabisi mereka. Namun meski kekuatan pasukan itu tak seberapa, jumlah mereka terlalu banyak. Seorang klan Hyuuga bahkan direbut oleh puluhan pasukan musuh.
Meski Hyuuga memiliki jutsu pukulan tangguh yang mampu mementalkan sekian banyak dari mereka, musuh seolah tak ada habisnya. Terlebih, mereka memiliki kemampuan untuk menembakan bola-bola peledak yang sangat mengganggu.
Hiashi mencoba untuk menghindar dan masuk ke dalam gua, namun musuh menembakan serangan itu lagi dan meruntuhkan guanya.
Meski Hyuuga memiliki jutsu pukulan tangguh yang mampu mementalkan sekian banyak dari mereka, musuh seolah tak ada habisnya. Terlebih, mereka memiliki kemampuan untuk menembakan bola-bola peledak yang sangat mengganggu.
Hiashi mencoba untuk menghindar dan masuk ke dalam gua, namun musuh menembakan serangan itu lagi dan meruntuhkan guanya.
Di hari yang cerah, lapangan akademi ninja Konoha, Naruto sedang memperagakan suatu gerakan taijutsu pada murid-murid yang berkumpul di lapangan. "Perhatikan ini!!"
"Naruto senpai!!!!" murid-murid dari dalam gedung berteriak histeris. Puluhan murid yang rata-rata perempuan bersorak mendukung Naruto. "Naruto senpai!!"
"Naruto senpai!!!!" murid-murid dari dalam gedung berteriak histeris. Puluhan murid yang rata-rata perempuan bersorak mendukung Naruto. "Naruto senpai!!"
Begitu banyaknya gadis-gadis itu lorong sekolah dan jendela sampai kelihatan penuh. Dari luar pagar sekolah, Ino, Shikamaru, dan Chouji yang kebetulan lewat melihatnya. Lantas Ino berkata, "Aku tak pernah menyangka kalau dia akan jadi santapan lezat seperti itu.."
"Apa barusan kau bilang santapan?"
"Maksudnya populer di kalangan gadis-gadis.." ucap Ino ke Chouji.
"Yah, apa yang sudah ia lakukan ketika perang dua tahun yang lalu membuatnya menjadi pahlawan di desa ini.." ucap Shikamaru.
"Yah.." ucap Ino dan kemudian mereka lanjut berjalan.
Benar sekali, semenjak kejadian dua tahun yang lalu, ketika perang berakhir, Naruto di anggap sebagai pahlawan di desanya. Bahkan mungkin bukan cuma di desanya, Konoha, Naruto juga dianggap sebagai pahlawan yang telah menyelamatkan dunia. Jadi pantas saja, saat ini Naruto memiliki begitu banyak fans, yang rata-rata gadis berusia muda.
" Terimakasih banyak.." ucap ibu-ibu pemilik toko setelah Hinata selesai berbelanja.
Sore itu, tampak Hinata sedang membeli peralatan untuk merajut. Ada sesuatu yang ingin ia buat, sesuatu yang nantinya akan ia berikan pada orang itu.
Sementara di Naruto, tampak ia sedang berada di kedai ramen Ichiraku.
"Selamat makan!" ucap Naruto ketika menerima ramen dari paman-paman pemilik kedai Ramen Ichiraku. Saat itu Naruto tak hanya sendirian, terlihat juga Kiba, Shino, Akamaru, dan beberapa anak yang sepertinya murid-murid Naruto.
"Selamat makan!!"
Tapi belum sempat makan, tiba-tiba saja seseorang datang. "Kak Naruto!!"
"Eh? Konohamaru.."
"Ada sesuatu yang ingin kutunjukan padamu.." Konohamaru kelihatan buru-buru.
"Apa?"
"Sesuatu milik kakek Hiruzen.." ucap Konohamaru. "Aku menemukannya saat bersih-bersih." lanjutnya. Lalu singkat cerita, merekapun pergi ke kediaman Sarutobi.
"Ini.." Naruto melihat ke arah benda-benda peninggalan Hokage ketiga itu, yang ternyata hanya beberapa boneka usang. Boneka kucing, tupai, boneka kera yang memakai pakaian hokage..
"Awas kalau kau berani bilang kalau ini sampah.." ucap Konohamaru. "barang-barang ini sangat berharga."
"Barang-barang ini.."
"Bukan sampah!" tegas Konohamaru lagi. Meski kelihatannya memang bukan benda-benda yang berguna.
Sore berlalu begitu saja. Tapi khusus untuk Hinata, hari ia lewati dengan penuh ketelitian, merajut tusukan demi tusukan benang untuk membuat sebuah syal. Hingga larut malam, hanya ditemani oleh cahaya lampu, Hinata sibuk mengerjakan kain penghangat itu.
Sebentar lagi musim dingin, salju akan turun, jadi syal pasti sangat cocok untuk dijadikan sebagai hadiah. Terlebih..
Hinata melihat ke pinggir meja, tempat sebuah syal yang sudah usang dan robek berada. Syal merah yang waktu itu Naruto kecil gunakan, sesuatu yang membuat Hinata terus mengingatnya sampai saat ini.
"Aku Uzumaki Naruto!!" ucap Naruto kecil waktu itu.
Hinata tersenyum.
"Waktu cepat sekali ya.." ucap Konohamaru. Pagi hari, Konohamaru dan Naruto berjalan-jalan di desa, di jalanan yang sudah penuh dengan warung-warung dan hiasan-hiasan. Hari itu adalah hari festival Rinne.
"Warung-warung untuk festival Rinne sudah pada buka.."
"Naruto senpai!" seorang gadis tiba-tiba saja menghampiri Naruto.
"Eh?"
"Tolong terimalah hadiah festival Rinne dariku!" gadis itu membungkuk sambil menyerahkan sebuah bingkisan dengan kedua tangannya.
"Untukku?" Naruto pun menerimanya.
Fans Naruto memang banyak sekali. Tak sampai beberapa meter setelahnya, gadis lain menghampirinya dan memberinya hadiah lagi. "Aku selalu mendukungmu!" ucapnya sambil membungkuk. Sepanjang jalan terus begitu.
"Aku membuatnya sendiri!"
"Kumohon terimalah!!"
"Ah.. terimakasih.." tangan Naruto sampai penuh dengan kotak kado. Bahkan sampai-sampai ia harus minta bantuan ke Konohamaru untuk membawakan karena tangannya tidak muat.
"Terimakasih!!" ucap ibu-ibu toko langganan Hinata setelah Hinata selesai berbelanja. Yah, belakangan ini Hinata memang sering sekali berbelanja di sana.
"Hinata!" Sakura yang kebetulan lewat menghampirinya.
"Sakura?"
"Sedang merajut sesuatu ya?" ucap Sakura saat melihat barang belanjaan Hinata.
"Aku.. sedang membuat syal.." ucap Hinata.
"Hmm??" Sakura menatap dengan wajah curiga.
"A-apa??"
"Semangat ya!!" Sakura tersenyum dan menepuk kedua pundak Hinata.
"Eh?"
"Ini hadiah untuk orang itu, kan??" tanya Sakura.
Setelahnya Sakura dan Hinata banyak bercakap-cakap. Mereka pergi ke sebuah kedai untuk makan sambil membicarakan orang itu.
"Dia menjadi sangat populer belakangan ini.." ucap Sakura.
"Be-benarkah?"
"Bahkan ada yang sampai jauh-jauh datang dari desa lain cuma untuk mengambil gambarnya.."
"Oh.."
"Jangan cuma bilang oh.." ucap Sakura. "Cepat sana selesaikan syal itu!" Sakura mendukung penuh Hinata.
"B-baik.. " ucap Hinata pelan.
"Ayolah, percaya diri sedikit.."
"Baik.."
***