Silahkan Dibaca :)
***
Pada zaman dahulu kala, ketika shinobi masih belum ada, seorang manusia memakan buah terlarang, dan memperoleh kekuatan chakra. Dengan itu, ia bertekad untuk mengakhiri dunia yang penuh dengan kekerasan. Namun seiring berjalannya waktu, kekuatan itu justru menguasainya.
Untuk bisa menjaga dunia ini, apa seseorang butuh kekuatan, atau cinta?
Konflik yang berkepanjangan menciptakan perang yang seolah tak memiliki akhir. Terus berlanjut hingga ke generasi selanjutnya.
Pertarungan besar yang pernah terjadi di masa lalu, Hashirama melawan Madara. Pertarungan hebat buah dari konflik yang telah bermula jauh sebelum mereka ada. Pertarungan yang terus berlanjut hingga generasi berikutnya, Naruto vs Sasuke..
"Matamu aneh sekali, takut.."
Hinata kecil berdiri dengan tatapan murung di tengah cuaca bersalju. Di depannya, tiga orang anak nakal mengolok-olok matanya. Itulah yang membuat Hinata sedih.
"Jangan-jangan kau itu monster ya? "
"Ya, dasar monster byakugan!"
Hinata makin sedih, makin tak kuasa untuk menahan tangis sementara anak-anak nakal itu malah tertawa. "Hahaha!!" seolah sangat puas bisa mengolok-olok gadis kecil tak berdosa itu.
Saat itulah, ia muncul. Seorang anak yang waktu itu duduk sendiri di sebuah ayunan yang kebetulan tak jauh dari sana. "Hei kalian!!" teriaknya sambil berlari ke arah tiga anak nakal itu.
"Heh? Siapa kau hah?"
"Aku.." anak bersyal merah itu memperkenalkan diri, "Uzumaki Naruto!! Sang Hokage masa depan!!"
"Hokage masa depan!? Hahaha!!" ketiga anak itu kembali tertawa.
Tak mau basa basi, Naruto kecil pun langsung mengeluarkan jurus ninjanya. "Kage Bunshin no Justu!!"
Boft Bofft!! Dua bunshun muncul, namun bukannya bayangan yang menyerupai dirinya, dua bunshin yang muncul malah bunshin-bunshin sekelas upil.
"Hahaha!!" tiga anak itu kembali tertawa. Dan singkat cerita, Naruto yang harusnya menolong justru malah dihajar habis-habisan. Wajahnya dipukuli, syal merahnya dipakai mainan, Naruto tak bisa berbuat apa-apa. Sampai akhirnya mereka bertiga pergi sendiri, meninggalkan Naruto dan Hinata yang sudah puas mereka permainkan.
"Anu.."
Dengan malu-malu Hinata mengucapkan terimakasih ke Naruto, "Makasih ya.."
"Yah!! Sampai juma lagi ya!!" ucap Naruto dan kemudian pergi.
Seiring dengan semakin jauhnya Naruto, Hinata terus berdiri melihatnya, sambil memegang erat syal merah yang sudah rusak akibat dijadikan mainan oleh tiga anak itu.
Yah, itulah pertemuan pertama mereka, dua anak yang di masa depan akan menjadi tokoh penting dalam sejarah dunia ninja.
Akademi Konoha, guru Iruka sedang memberi pelajaran pada murid-muridnya. Dan khusus hari itu, ada sesuatu yang guru Iruka ingin murid-muridnya tulis di kertas. Guru Iruka bertanya, "Kalau dunia akan berakhir besok, siapa orang yang ingin kalian ajak untuk menghabiskan hari terakhir kalian?"
"Mana mungkin dunia berakhir!" ucap Naruto dengan senyum nakalnya.
"Yah, anggap saja bulannya jatuh dan menghancurkan Bumi." ucap Iruka.
"Kalaupun Bumi harus hancur, kuharap yang jatuh bukan Bulan, tapi daging.." ucap Chouji, dan kompak satu kelas pun tertawa.
Tapi serius, pertanyaan ini benar-benar menyulitkan Naruto. Tak seperti anak-anak lain yang punya keluarga, atau setidaknya orang yang disayangi untuk menghabiskan waktu bersama, Naruto tak punya siapa-siapa.
"Ayah tak punya, ibu juga tidak, haah.." dan akhirnya Naruto pun melipat-lipat kertas kosong itu menjadi mainan pesawatak dan menerbangkannya keluar jendela.
Beberapa murid termasuk salah satunya Hinata melihat pesawat itu terbang tepat di depannya sebelum akhirnya meluncur keluar jendela. Dan ditambah dengan teriakan guru Iruka, "Hei Naruto!!" satu kelas kini fokus pada Naruto.
"Jangan membuang kertas seperti itu!!" bentak pak guru Iruka.
"Tapi tak mungkin kan dunia berakhir!!" bantah Naruto.
"Ya kan kalau misalnya.." ucap Iruka.
"Yah, tetap saja tak mungkin.."
Akhirnya setelah melihatnya, Hinata yang semula masih bingung bisa dengan tegas menulis siapa orang itu. Nama orang itupun ia tulis di selembar kertas yang ada di atas mejanya.
Waktu berlalu, dan anak-anak yang berada di kelas akademi itu sudah tumbuh dewasa.
***